Discover our Handmade batik pieces today!
Blog Post
Part 2: The Art of Not Giving Up simple, symbolic, and perfectly mirrors the theme of persistence and devotion.
12/10/2025


The reason why I shouldn’t give up is because of what I learned from him—the man who never surrendered, even when hope seemed lost. He taught me that sometimes, the most powerful act of love is simply to keep going, even when the world tells you to stop.
He once thought that he had already given everything—his time, his strength, his heart. He sacrificed and dedicated his life to us, believing that love could withstand anything. And yet, it only took one simple mistake, one moment of weakness, for me to become distant, cold to him, and guarded.
If I were him, would I have done the same? Would I have chosen to give up so easily?
But he didn’t. He refused to let the silence define us. Even when I pulled away, he found small, quiet ways to remind me that he was still there. A photo, a message, a smile sent through the distance—each one saying, “Don’t forget me. Don’t forget what we had.”
He was never loud about his love. He didn’t shout it to the world. Instead, he showed it through quiet persistence, through the little things he did for us without ever seeking recognition. His strength was not in words, but in his unwavering faith that love, no matter how fragile, could still endure.
And this—this is what inspires me as I create my batik. Each pattern I draw, each line I trace, carries the spirit of that perseverance. It’s not about perfection—it’s about dedication. About doing something with love, even when no one notices. About believing that the smallest acts can hold the deepest meaning.
As the wax meets the cloth, I see his reflection in every movement—steady, patient, and full of quiet hope. The colors blend and bloom, just like the emotions we often keep hidden within. Every stroke becomes a promise that love, when nurtured with care, can transform pain into beauty.
This is where my dedication comes from. From the man who didn’t give up. From the lesson that love isn’t about how easy it is, but about how much you’re willing to fight for it, even when it hurts.
Through this batik, I want to show the world that nothing is impossible. That even when hearts break and stories falter, there’s still beauty waiting to be created from what remains.
Because love, like batik, is a masterpiece born not from perfection—but from patience, sacrifice, and the courage to try again.
And so, I hold on.
I create.
And I remember. 🤞
Versi Bahasa Indo
Alasan mengapa aku tidak boleh menyerah adalah karena apa yang telah aku pelajari darinya—seorang pria yang tidak pernah menyerah, bahkan ketika harapan terasa hilang. Ia mengajarkanku bahwa terkadang, tindakan cinta yang paling kuat adalah terus melangkah, bahkan saat dunia berkata untuk berhenti.
Dulu, ia pernah berpikir bahwa ia telah memberikan segalanya—waktunya, kekuatannya, hatinya. Ia telah berkorban dan mendedikasikan hidupnya untuk kami, percaya bahwa cinta dapat bertahan dari apa pun. Namun, hanya dibutuhkan satu kesalahan kecil, satu momen kelemahan, untuk membuatku menjadi dingin dan menjaga jarak.
Jika aku berada di posisinya, akankah aku melakukan hal yang sama? Akankah aku memilih untuk menyerah begitu saja?
Namun, ia tidak melakukannya. Ia menolak membiarkan keheningan menjadi akhir dari segalanya. Bahkan ketika aku menjauh, ia menemukan cara-cara kecil untuk tetap hadir. Sebuah foto, pesan singkat, atau senyuman yang dikirim dari kejauhan—semuanya seolah berkata, “Jangan lupakan aku. Jangan lupakan kita.”
Ia bukanlah seseorang yang menunjukkan cintanya dengan kata-kata besar atau tindakan mencolok. Ia mencintai dalam diam, melalui ketulusan dan keteguhan yang tak terlihat. Cintanya hidup dalam hal-hal sederhana—dalam perhatian tanpa pamrih, dalam tindakan kecil yang tidak perlu dijelaskan. Di sanalah aku belajar bahwa cinta sejati tumbuh dari keuletan mereka yang terus memberi, bahkan saat dunia berpaling.
Dan inilah yang menginspirasiku saat aku membuat batik. Setiap pola yang kutarik, setiap garis yang kutorehkan, membawa semangat ketekunan itu. Bukan tentang kesempurnaan, tapi tentang pengabdian. Tentang melakukan sesuatu dengan cinta, bahkan ketika tak ada yang melihat. Tentang keyakinan bahwa hal-hal kecil bisa memiliki makna yang paling dalam.
Saat malam bertemu kain, aku melihat bayangannya dalam setiap gerakanku—tenang, sabar, penuh harapan yang lembut. Warna-warna yang berpadu dan mekar seolah mencerminkan perasaan yang sering tersembunyi di dalam hati. Setiap goresan menjadi janji bahwa cinta, jika dirawat dengan ketulusan, mampu mengubah luka menjadi keindahan.
Di sinilah dedikasiku berasal. Dari pria yang tidak menyerah. Dari pelajaran bahwa cinta bukan tentang seberapa mudah segalanya berjalan, tapi seberapa kuat kita bertahan ketika semuanya terasa sulit.
Melalui batik ini, aku ingin menunjukkan pada dunia bahwa tidak ada yang mustahil. Bahwa bahkan ketika hati hancur dan kisah tampak berakhir, masih ada keindahan yang bisa tercipta dari sisa-sisanya.
Karena cinta, seperti batik, adalah sebuah karya agung yang lahir bukan dari kesempurnaan—melainkan dari kesabaran, pengorbanan, dan keberanian untuk mencoba kembali.
Dan jadi, aku bertahan.
Aku terus mencipta.
Dan aku terus mengingat. 🤞
Our team
Our strength lies in our individuality. Set up by Esther Bryce, the team strives to bring in the best talent in various fields, from architecture to interior design and sales.
Esther Bryce
Founder / Interior designer
Lianne Wilson
Broker
Jaden Smith
Architect
Jessica Kim
Photographer